LATENT SOCIAL PROBLEM
Latent social problem di Indonesia umumnya terjadi dari adanya perbedaan
yang mencolok antara nilai-nilai dalam masyarakat dengan realita yang
ada terjadi di masyarakat. Sebab itulah suatu penyimpangan dikatakan
sebagai masalah karena terjadi kepincangan di dalam masyrakat yang
artinya bahwa masyarakat seolah-olah pihak di dalam masyarakat menjadi
buta untuk menetapkan suatu kekeliruan atau bukan, akibatnya masyarakat
menjadi hedonisme atau tidak bisa dan tidak mau untuk diatur.
Dikatakan masalah sosial karena hal yang dipandang masalah tersebut
bersangkutan dengan hubungan antara manusia dan di dalam kerangka
bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Pengertiannya bahwa manusia
dalam bersosial memilki tata nilai budaya yang perlu dijalankan, hal
tersebut menjelaskan adanya tujuan keterikatan suatu masyarakat dengan
budaya normatif untuk memberikan rasa aman dan tentram dalam
bermasyarakat. Sehingga dikatakan masalah sosial atau latent social
problem karena di dalam masyarakat terjadi pembiaran seseorang atau
masyarakat melanggar tata nilai budaya normatif dalam berkehidupan,
akibatnya akan menjadi habit di tengah masyarakat yang berujung pada
pembentukan sikap atau mental yang lemah.
Contoh latent social problem ; judi di dalam masyarakat seperti judi
bola. Ketika permainan sepak bola dijadikan sebagai arena judi yang
berarti jika kalah taruhan harus membayar taruhannya pada yang menang.
Dewasa ini kejadian seperti itu di dalam masyarakat khusunya pria dewasa
seakan menjadi kebutuhan untuk meramaikan pertandingan dan menjadi
habit tidak ada pelarangan diantara sekitarnya.
Haruskah mental Indonesia seperti itu? Ketika kesalahan menjadi wajar
dan akhirnya menjadi budaya yang salah?. Marilah kita renungkan masa
depan masyarakat kita, boleh kita tanyakan pada diri kita bagaimana
solusi untuk mencerahkan latent social probelem itu. Perlu diperhatikan
adalah ketika kita dihadapkan dalam kenyataan tersebut kita hendaknya
kembali lagi pada sikap nilai-nilai religi, sebagai orang yang
mengetahui harusnya menegur kekeliruan tersebut dan yang paling
selemah-lemahnya iman adalah membenci perbuatan tersebut untuk tidak
ikut terjerumus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar